Dokumentasi Dayak Kantu' - Gabriel Alvando

Catatan Gabriel

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Dokumentasi Dayak Kantu'

Share This



DAYAK KANTU’ DI KAPUAS ULU
Oleh  : Gabriel Alvando

A.      SEKILAS TENTANG DAYAK

     Dayak, Daya’, Dyak adalah nama yang diberikan kepada Suku Bangsa yang mendiami Pedalaman Pulau Kalimantan. Menurut sensus BPS tahun 2010 Suku Bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu : ”Suku Banjar, Suku Bangsa Dayak ( 268 Suku ) dan Suku non Dayak dan non Banjar”.
     Budaya Masyarakat Adat Dayak menganut ‘Budaya Maritim atau Bahari’. Hal ini dapat dipahami karena hampir semua nama sebutan Dayak mempunyai arti sebagai suatu yang berhubungan dengan ‘perhuluan’ atau ‘Sungai’ terutama nama rumpun atau nama kekeluargaan.
     Penduduk Asli itu sendiri pada umumnya tidak mengenal istilah- istilah Dayak, akan tetapi orang- orang diluar lingkup merekalah yang menyebut mereka sebagai ‘DAYAK’. Di Kalimantan Barat ada enam Rumpun Dayak, yaitu:
1.
Rumpun Kanayatn
2.
Rumpun Ibanic
3.
Rumpun Bidoih
4.
Rumpun Banuaka’
5.
Rumpun Kayaanic
6.
Rumpun Ot Danum


B.      PENYEBARAN SUKU KANTU’ KAPUAS HULU
     Suku Kantu’ adalah bagian dari Rumpun Dayak Ibanic, berbahasa Melayik Borneo Barat. Menurut Sejarah Lisan bahwa asal- usul Nenek Moyang Suku Kantu’ dari Ketungau Hulu Kabupaten Sintang. Selanjutnya menyebar ke Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kapuas Hulu. Setelah berimigrasi dari Ketungau Hulu Suku Kantu’ lama menetap di Mpanang (Empanang )wilayak kekuasaan Penembahan Selimbau, dan disinilah cikal- bakal Suku Kantu’ Kapuas Hulu.
     Sekitar tahun 1881, Suku Kantu’ menyebar kebantaran Sungai Kapuas (Daerah kekuasaan Hindia Belanda) di Semitau, Seberuang, Embaloh Hilir, Manday, Putussibau dan Bunut Hilir. Sedikit sekali orang Kantu’ yang masih tinggal didaerah asalnya, seperti di Telutuk, Kampung Lalang, Nanga Kantu’ (Tikul Tebing, Tikul Batu )juga di Selupai.
-1-


    Wilayah penyeberan  Suku Kantu’ di Kapuas Hulu adalah sebagai berikut: iliHHh
Kecamatan Manday
:
Kirin Sejahit, Ujung Pinang, Bika
Kecamatan Kedamin
:
Sungai Ulu’, Kedamin Darat, Jaras.
Kecamatan Putussibau Utara
:
Nanga Awin, Seluan, Tanjung Beruang dan Pala’ Pulau.
Kecamatan Bunut Hilir
:
Penemur, Benit, Nanga Tuan.
Kecamatan Seberuang
:
Nanga Beluis, Pala’ Kota, Sebalang, Koyan, Sempadi’, Pala Hulu, Pala’ Hilir, Rinjai Hilir.
Kecamatan Semitau
:
Kenepai, Nanga Lemeda’, Sungai Asun, Nanga Seberuang, Entipan dan Sekedau.
Kecamatan Silat Hilir
:
Sentabai dan Setungkul.
Kecamatan Empanang
:
Telutuk, Kampung Lalang, Nanga Kantu’ (Tikul Batu, Tikul Tebing) Selupai.

     Desa Bika, Ujung Pinang, Teluk Sundur, Sungai Ulu’ adalah Desa Suku Kantu’ yang sangat dekat dengan Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu. Letaknya sebelah hilir Putussibau. Untuk mencapai desa- desa tersebut bisa ditempuh dengan menggunakan jalan darat (menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat) memakan waktu 15 – 30 menit. Karena letaknya dibantaran Sungai Kapuas, dulu Motor  Bandung berlayar dari Pontianak ke Putussibau melewati desa- desa tersebut.
     Di desa- desa Suku Kantu’ tersebut ada beberapa keluarga bukan Kantu’, mereka adalah kaum pendatang sebagai guru atau Pegawai Negeri, dan etnis Tionghuwa sebagai pedagang.
C.      KEGIATAN EKONOMI SUKU KANTU’
     Kegiatan ekonomi Suku Kantu’ berpusat pada berladang berpindah – gilir balik,( beumai). Beumai ini diselingi dengan bedagang, yang pada zaman dahulu ibu- ibu sering menjual dagangannya dengan digendong, atau menggunakan perahu mendatangi pembeli, yang dikenal dengan sebutan ‘berageh’. Sekarang budaya “berageh” sudah mulai menipis walaupun masih ada, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh transportasi – informasi.
     Komunitas perdagangan pertama Suku Kantu’ adalah karet, lada, dan hasil hutan serta hasil buruan dihutan lainnya termasuk sayur – mayur, seperti pucuk ubi dan pakis. Menyadap karet sudah menjadi kerja rutin mereka, disamping berladang – ‘gilir – balik’.


-2-
     Tata cara kehidupan bekerja Suku Kantu’ mengenal apa yang disebut ‘ Bedurok’ yang artinya memberi kompensasi berupa kewajiban memberi tenaga kerja yang setimpal dengan bantuan tenaga kerja yang diterimanya.  Selain itu Suku Kantu’ dalam bekerja terutama mengerjakan Ladang mengenal budaya ‘Berimpoh’ yaitu bantuan tenaga kerja dari luar keluarga untuk membantu kegiatan tanpa ada imbalan atau balasan apapun.  Sementara ‘Bekuli’ memiliki konpensasi berupa padi atau uang sesuai dewngan tenaga kerja yang sudah diterimanya.
     Suku Kantu’ menggantungkan hidupnya pada hutan, saat perkebunan datang dan penebangan hutan liar semakin marak, pertambangan semakin merajarela banyak yang harus mereka kompromikan. Akankah adat mereka bertahan...?.
     Daerah Aliran Sungai (DAS) Kantu’ dan Empanang, terutama diareal perhuluan sungai, sumber resapan yang dulu hutan belantara, sumber pangan Masyarakat secara tradisional, kini telah berobah menjadi tegakan pohon sawit. Pembukaan areal Perkebunan ini meluas sampai kepinggir sungai, yang seharusnya dilarang secara resmi oleh Pemerintah. Mengapa demikian ...?.
D.      DANAU KONSERVASI DAN LINGKUNGAN
     Di Bika (Bahasa Taman menyebutnya dengan Baika’, artinya Kakek kita) ada beberapa buah Danau, seperti Danau Bika, Danau Sula, Danau Ketutung dan Danau Buak. Danau- danau tersebut zaman dulu tempat gudang ikan air tawar, seperti Ntukan, Belida’, Toman, Lais, Bau’, Biawan, Jelawat  dan lain sebagainya. Kini danau- danau tersebut sudah kosong melompong. Sampai- sampai didesa Bika (Ibukota Kecamatan Manday ) itu membeli ikan ke Putussibau. Suatu hal yang berbanding terbalik dengan zaman dulu.
     Ikan Biawan nanjak/ gempas, Bau’ Ngerut, Tapah Naman sudah merupakan legenda dan mimpin disiang bolong bagi generasi muda/ Pemuda masyarakat Suku Kantu’.
     Danau Buak, yang berada sangat dekat dengan Desa Bika yang sekarang dikelilingi oleh Jalan yang menghubungkan Putussibau dengan Nanga Embaloh, dan sudah bisa dilalui kendaraan roda empat sampai Nanga Manday itu, dulu merupakan gudang ikan air tawar yang menjadi sumber mata pencarian desa- desa disekitarnya, seperti Bika (Bika Jabay, Bika Nazareth, Bika Mpade’, Bika Hulu), Ujung Pinang dan sekitarnya; bahkan orang- orang diluar Kecamatan Manday pernah menangkap ikan disana.
     Kini Danau Buak yang semula menjadi primadona desa Bika, sudah kosong melompong, sebagai akibat dari penebangan kayu gelondongan (HPH) zaman dulu.  Menurut pendukuk setempat, pada waktu itu berton- ton ikan mati percuma sebagai akibat dari obat kayu yang digunakan oleh Perusahaan.  Inilah cikal- bakal dari berkurangnya ikan- ikan didanau yang dulu Sungai Kapuas itu, akibat perubahan alam berubah menjadi danau.
     Sekarang Danau Buak sudah mengalami pendangkalan, kalau tidak ada Sungai Menyapa’, Sungai Kerinan dan Pintas Ketutung mungkin Danau tersebut bisa kering, kata Umpi (Temenggung Suku Kantu’ Kecamatan Manday).

-3-



    Dipinggir Danau Buak, telah berdiri sebuah “Rumah Betang ( Masyarakat Suku Kantu’ menyebutnya : Rumah Panjai)” yang dibangun masyarakat Adat bekerja sama dengan Pemda Kapuas Hulu.
     Danau Buak, yang berada di wilayah Ketemenggungan Suku Kantu’ Kecamatan Manday, yang berpusat di Desa Bika  Kabupaten Kapuas Hulu;  berdasarkan Rapat Adat Suku Kantu’ pada tanggal 6 sampai dengan 9 Mei 2006 telah ditetapkan sebagai Danau Konservasi. Keputusan ini mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah Kapuas Hulu dan Pemeritah Propinsi Kalimantan Barat. Prakteknya dilapangan sepertinya belum ada realisasi kearah itu.
     Dan menurut khabar burung Danau Buak oleh Pemerintah akan dijadikan Danau Pariwisata.
Akankah cita- cita tersebut segera terwujud.... DITUNGGU...!!!


Referensi by :Gabriel Alvando


















-4-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages